Kategori
Jasa Olah Data

Tutorial Melakukan Uji Friedman dengan Aplikasi SPSS

Uji Friedman biasa digunakan untuk mengetahui apa saja perbedaan dari sampel yang berjumlah lebih dari dua kelompok dan saling berhubungan. Data yang digunakan dalam uji ini adalah data ordinal sehingga setiap data lain perlu diubah ke data ordinal terlebih dahulu. Aplikasi yang paling sering digunakan untuk melakukan uji ini adalah SPSS dan berikut tutorialnya:

1. Buka Lembar Kerja Baru SPSS

Seperti tutorial yang lainnya, langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan uji ini dalam SPSS adalah membuka lembar kerja baru. Setelah itu klik Variable View untuk mengisi beberapa kolom seperti Name, Decimals, Label, Measure, dan lain-lain. Cukup ikuti ketentuan yang ada dan cocokkan kembali dengan variabel yang dimiliki.

2. Klik Data View dan Lakukan Uji Normalitas

Setelah membuat tabel tersebut, langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan data yang sudah dimiliki. Data mentah ini tidak bisa langsung diproses menggunakan uji Friedman dan perlu dilakukan uji normalitas terlebih dulu.

3. Munculkan Tests for Several Related Samples

Data yang sudah dilakukan pengujian normalitas tadi langkah selanjutnya adalah memunculkan kotak dialog Tests for Several Related Samples. Cara memunculkannya adalah dengan memilih menu Analyze di menu utama kemudian pilih Nonparametric Tests. Setelah itu ada lagi menu Legacy dialogs dan pilih K Related samples, tunggu hingga muncul kotak dialog tersebut.

4. Memasukkan Variabel

Setelah muncul kotak dialog Tests for Several Related Samples, langkah selanjutnya adalah memasukkan variable. Variabel yang perlu dimasukkan ini diletakkan pada kotak Test Variables disesuaikan dengan data yang dimiliki. Pada bagian bawah ada beberapa opsi uji yang bisa dipilih, sesuai dengan uji yang dilakukan saat ini, pilih opsi Friedman.

5. Centang Descriptive dan Quarties

Langkah terakhir yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil dari uji yang dilakukan adalah memberi centang pada Descriptive dan Quarties. Setelah mencentang dua opsi tersebut kemudian cukup klik Continue sehingga aplikasi bisa memproses perintah yang diberikan. Klik OK saja di menu selanjutnya hingga output SPSS akan muncul dengan beberapa hasil berbeda.

6. Hasil yang Didapatkan

Nah di program SPSS ada beberapa hasil yang akan dimunculkan dalam beberapa tabel berbeda. Tabel Output pertama akan menunjukkan Descriptive Statistics dengan beberapa tabel penjelasannya. Selain itu akan didapatkan juga tabel output Ranks dan Test Statistics. Inilah hasil paling terakhir yang bisa diberikan oleh SPSS dalam uji non parametrik satu ini.

Tabel hasil uji Friedman perlu diinterpretasikan lebih lanjut semisal ingin mendapatkan hasil akhir yang diperlukan. Patra Statistika bisa membantu semua kebutuhan akan analisis yang diperlukan untuk data penelitian yang diperlukan. Memang hampir semua uji statistic akan terasa sangat rumit sehingga bantuan ahli di bidang ini memang sangat diperlukan untuk kepentingan.

Kategori
Jasa Olah Data

Mengenal Uji Pearson Chi Square sebagai Uji Non Parametis Paling Sering Digunakan

Statistika adalah salah satu bidang ilmu yang biasanya erat berkaitan dengan data, angka, dan juga uji-uji pada data. Hampir semua orang tidak menyukai ilmu yang satu ini karena memang lebih sulit dimengerti juga penuh dengan rumus yang memusingkan. Salah satu ilmu statistika yang paling sering digunakan adalah uji Pearson Chi square yang juga memiliki nama lain uji kai-kuadrat.

Kegunaan Uji Chi-Square

Jenis uji yang satu ini biasa digunakan untuk melihat ketergantungan antara sebuah data dengan variabel bebas yang berskala nominal ataupun ordinal. Uji ini merupakan uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel saja. Ketika dalam sebuah data terdapat satu skala nominal maka uji yang dilakukan merujuk hanya digunakan pada derajat terendah saja.

Syarat Uji

Uji ini adalah salah satu jenis uji non parametis yang banyak digunakan dalam banyak sekali penelitian di seluruh dunia. Meskipun begitu, ada beberapa syarat dalam uji ini agar dapat diaplikasikan dengan benar. Beberapa syarat tersebut diantaranya ialah:

1. Tidak Ada Frekuensi Kenyataan

Syarat pertama yang harus dipenuhi oleh data yang akan diaplikasikan uji ini adalah tidak adanya sel dengan nilai frekuensi kenyataan. Nilai frekuensi kenyataan atau yang biasa disebut dengan Actual Count (F0) dalam sebuah data haruslah berjumlah 0 (nol).

2. Tidak Boleh Ada Frekuensi Harapan

Jika uji ini akan dipakai di sebuah data berbentuk tabel kontingensi 2×2, tidak boleh ada satu sel dengan frekuensi harapan. Frekuensi harapan (Fh) yang sering disebut dengan expected count ini harus berjumlah total kurang dari 5.

3. Ketika Bentuk Tabel Lebih dari 2×2

Ternyata pada uji yang satu ini bentuk tabel tidak selalu berbentuk 2×2 dan bisa saja lebih dari itu seperti 2×3 misalnya. Dalam keadaan tersebut, jumlah sel berfrekuensi harapan total harus kurang dari 5 saja dan juga tidak boleh lebih dari 20%.

Jenis Uji Pearson Chi Square

Berbeda dengan uji yang lain, uji satu ini ternyata memiliki rumus dasar yang tidak hanya ada satu rumus saja. Misalnya pada tabel kontingensi yang berukuran 2×2, maka rumus yang bisa diaplikasikan adalah rumus “Koreksi Yates”.

Sedangkan pada saat tabel yang digunakan adalah tabel kontingensi 2×2 tetapi ada syarat uji yang tidak terpenuhi, maka berbeda lagi. Syarat uji yang paling umum tidak terpenuhi adalah sel yang berisi frekuensi harapan kurang dari lima. Hal ini bisa diatasi dengan penggunaan rumus chi-square yang lain yakni “Fisher Exact Test”.

Meskipun uji Pearson Chi square merupakan jenis uji non parametrik yang paling banyak digunakan, tetapi sampai saat ini masih terasa membingungkan. Ada banyak hal dari uji ini yang terasa membingungkan dan karena itu keberadaan ahli statistika adalah jawabannya. Patra Statistika akan membantu semua hal berkaitan dengan uji ini baik sekedar berkonsultasi atau lebih. Jadi tunggu apalagi sekarang?

Kategori
Jasa Olah Data

Mengenal Jenis-jenis Data yang Penting dalam Penelitian

Pengambilan data adalah bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Tanpa adanya data, maka analisis tidak bisa dilakukan. Namun, agar analisis yang dilakukan bisa memberikan hasil yang akurat, peneliti harus mengelompokan data berdasarkan jenis-jenis data yang ada.

Salah satu jenis data adalah data kuantitatif. Maksudnya, data tersebut diambil dan dilambangkan dengan angka-angka. Data kuantitatif sendiri dibagi lagi menjadi empat kelompok data. Jenis-jenis data kuantitatif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nominal

Data nominal adalah data yang tidak memiliki perbandingan tingkatan dan hanya merupakan pengelompokan suatu objek. Dalam data nominal tidak ada kelompok yang lebih tinggi maupun rendah. 

Data ini termasuk data kualitatif. Artinya, hitungan matematis tidak bisa diaplikasikan pada data-data semacam ini. Dalam data nominal setiap kategori memiliki sifat mutually exclusive, yakni setiap objek hanya mempunyai satu kategori saja. 

Contoh mudah dari jenis data nominal adalah jenis kelamin. Pada jenis kelamin, pilihan yang ada adalah laki-laki dan perempuan. Ketika mendapat data jenis kelamin, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan atau sebaliknya. 

2. Ordinal

Data ordinal memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding data nominal. Meskipun masih tergolong data kategorik, pada data ordinal telah ada tingkatan atau peringkat. 

Umumnya data ordinal disusun dari peringkat terendah hingga peringkat tertinggi. Ciri umum dari data ordinal yakni datanya yang saling memisah dan dapat disusun berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimiliki tiap objek. 

Contoh dari data ordinal adalah tingkat pendidikan. Pendidikan dikelompokan dalam kategori SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dari kategori tingkat pendidikan ini dapat terlihat bahwa SD memiliki tingkat yang lebih rendah dibanding SMP, atau SMA. 

3. Interval

Data interval termasuk dalam data numerik yang artinya terdiri dari angka-angka. Pada data interval terdapat rentang antara satu objek dengan lainnya dan rentang tersebut. Data ini termasuk ke dalam data kuantitatif, sehingga perhitungan matematis dapat dilakukan. 

Satu ciri khas yang bisa ditemui pada data interval yakni ketiadaan nol mutlak atau absolut. Maksudnya, angka nol pada data ini hanya menggambarkan satu titik dalam skala. 

Contoh data interval adalah suhu. Pada suhu diketahui terdapat suhu 0°. Namun arti dari 0° sendiri bukanlah akhir karena hanya menandakan satu titik saja, yang artinya masih ada angka setelah angka nol. 

4. Rasio

Diantara jenis data yang lain, data Rasio memiliki tingkatan yang paling tinggi. Pasalnya, pada data jenis ini tidak hanya rentang atau interval antar objek yang jelas, melainkan sudah terdapat angka nol mutlak. Hal ini berarti angka nol menandakan ketiadaan dari sebuah data. 

Contoh data rasio adalah tinggi badan. Misalnya tinggi badan A adalah 160 cm, sedang tinggi B 80 cm. Dari perbandingan tinggi tersebut diketahui bahwa A memiliki tinggi 2 kali B. 

Memahami jenis-jenis data (nominal, ordinal, interval, dan rasio) bisa membantu mempermudah penelitian. Selama peneliti bisa mengambil data dan mengelompokkannya dengan tepat, peneliti tidak perlu pusing dengan pengolahan data. Yang perlu dilakukan hanya menghubungi kami selaku penyedia jasa pengolah data. Peneliti enak, kami pun senang. 

Kategori
Jasa Olah Data

Macam Cara Uji Asumsi Klasik Regresi yang Biasa Dilakukan

Dalam melakukan analisis regresi, perlu dilakukan uji asumsi klasik regresi agar hasil estimasinya tidak bias dan lebih akurat. Selain itu, tujuan dilakukan uji tersebut adalah untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat masalah-masalah asumsi klasik.

Agar hasil dikatakan valid atau akurat, semua persyaratan dalam regresi linear harus dinyatakan BLUE. BLUE sendiri adalah Best Linear Unbiased Estimation, sehingga ketika melakukan uji asumsi hasilnya harus memenuhi semua persyaratan tersebut. Untuk dapat melakukan uji validitas tersebut ada 5 cara yang bisa dilakukan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji asumsi klasik regresi yang pertama adalah dengan melakukan uji normalitas pada model. Tujuan dari dilakukan uji ini adalah untuk melihat apakah nilai residu sudah terdistribusi dengan normal atau tidak. Jadi, tidak semua variabel dilakukan uji normalitas. Sebuah model regresi yang bagus adalah yang memiliki nilai residu yang terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi yang berikutnya adalah dengan menggunakan uji multikolinearitas. Dengan melakukan uji ini, penguji melihat apakah ada korelasi antara variabel indepen dengan model regresi linear. Model yang bagus seharusnya tidak memiliki korelasi yang tinggi karena dapat mengganggu variabel dependen yang lainnya.

Cara untuk mengatasi ini adalah dengan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi tinggi tersebut. Namun, jika ini tidak memungkikan, maka tambahlah jumlah observasi untuk mengurangi tingkat korelasi.

3. Uji Heteroskedastistas

Sebuah model akan memenuhi persyaratan apabila memiliki kesamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Apabila terdapat perbedaan, maka model tersebut tidak akan valid. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji heteroskedastistas. Salah satu solusi yang dapat dilakukan agar menjadi valid adalah dengan mengubahnya ke bentuk logaritma apabila semua datanya positif.

4. Uji Autokorelasi

Proses uji terakhir yang sering dilakukan adalah uji autokorelasi. Sesuai namanya, tujuan dari uji ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara periode saat ini dengan periode sebelumnya (t-1). Beberapa uji statistic yang dapat digunakan untuk data kecil adalah uji dengan run test, atau uji Durbin Watson. Namun, jika memiliki data lebih dari 100, sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier.

5. Uji Linearitas

Uji yang satunya ini tidak sering digunakan untuk menguji sebuah model karena pada umumnya sebuah model dibangun dengan linear antara variabel independen dan dependen. Namun, para penguji dapat melakukan konfirmasi kembali mengenai hubungan kedua variabel dengan uji linearitas.

Jadi, untuk mendapatkan hasil yang akurat pada uji asumsi klasik regresi, ada baiknya melakukan beberapa langkah di atas. Prosesnya yang tidak instan, seringkali membuat sebagian orang ragu. Untuk itu, bisa langsung menghubungi Patra Statistika untuk proses pengolahan data hingga hasil akhirnya diperoleh.

Kategori
Jasa Olah Data

Mengenal Uji Mann Whitney dan Ketentuan Penggunaannya

Dikembangkan pada tahun 1947, uji Mann Whitney merupakan alternatif dari uji T parametrik. Seperti diketahui, hasil dari uji normalitas akan menentukan jenis uji apa yang cocok untuk dilakukan selanjutnya. Nah, jika distribusi datanya tidak normal, Mann Whitney ini bisa menjadi pilihan untuk uji lanjutannya. Berikut penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Uji Mann Whitney?

Dalam Mann Whitney, uji dilakukan untuk mengetes perbandingan 2 populasi yang sama dengan median atau nilai tengah yang berbeda. Sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak berpasangan. Maksud dari perbandingan ini adalah untuk melihat apakah perbedaan keduanya memiliki makna yang signifikan atau tidak. 

Ada banyak bidang yang bisa memanfaatkan uji ini untuk berbagai keperluan. Misalnya dalam pengobatan, bisnis, dan psikologi. Salah satu contohnya adalah untuk menguji pengaruh pelatihan terhadap penjualan. Uji ini bisa dilakukan dengan aplikasi SPSS.

Kriteria Data dan Ketentuan Pengujian 

Sebagaimana berbagai uji dengan metode lainnya, data yang akan diuji menggunakan metode Mann Whitney juga harus memenuhi kriteria tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hasil ujinya kredibel dan valid. Berikut beberapa kriteria data yang menjadi ketentuan.

  • Data yang diuji harus berskala rasio, interval, atau ordinal.
  • Terdapat 2 kelompok data yang diuji.
  • Tidak terpengaruh atas normalitas data.
  • Data tidak berpasangan alias berbeda kelompok.
  • Kelompok yang diuji variansnya sama alias homogen.

Selain kriteria data, terdapat ketentuan berbeda dalam proses pengujiannya berdasarkan besarnya sampel yang akan diuji. Jika sampel kurang dari atau sama dengan 20, maka yang digunakan adalah uji U. Sedangkan jika sampel lebih dari 20, uji yang lebih cocok digunakan adalah uji Z.

Lebih lanjut, untuk menafsirkan hasil ujinya, harus diketahui dulu sebaran datanya. Jika sebaran data kedua kelompok sama, maka dapat disimpulkan perbedaan mean dan median. Sementara jika sebaran datanya berbeda, yang disimpulkan adalah mean.

Cara Uji Mann Whitney di SPSS

Sebelum melakukan uji ini di SPSS, pastikan data telah diinput dan sebaran data telah diketahui. Kemudian ikuti langkah-langkah berikut:

  • Masuk ke menu Analyze, lalu klik secara berurutan Nonparametric Tests, Legacy Dialogs, 2 Independent Samples.
  • Isikan Test Variable List dan Grouping Variable pada kotak dialog Two-Independent-Sample Test dan beri tanda centang pada Mann-Whitney U.
  • Kemudian klik Define Groups dan isikan kode masing-masing kelompok data, lalu klik Continue.
  • Jika sudah, klik Options dan beri tanda centang pada Descriptive. Kembali klik Continue.
  • Terakhir, klik OK.

Melakukan uji yang satu ini menggunakan aplikasi tidak terlalu berbeda dengan uji lainnya. Hanya saja, sebelumnya ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar hasil uji tidak melenceng. Bagi sebagian orang, memperhatikan hal-hal kecil mungkin terasa merepotkan. Karena itu, hadirnya Patra Statistika dapat menjadi jawaban yang sangat brilian.

Selain uji Mann Whitney,  Patra Statistika juga melayani berbagai uji dengan aplikasi yang bervariasi. Segera konsultasikan penelitian yang sedang dijalankan dan dapatkan pelayanan prima. Penelitian berjalan lancar, hasil pun memuaskan.

Kategori
Jasa Olah Data

Tujuan Penggunaan Dependen t Test beserta Ketentuannya

Dalam statistik parametrik, terdapat istilah uji t atau t test. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui pengaruh masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji T terbagi menjadi 2, dependen dan independen. Kali ini akan dibahas mengenai dependen t test. Simak di bawah ini untuk penjelasan lebih lanjut.

Tujuan Dependen t Test

Disebut juga paired-sample t test, jenis uji yang satu ini digunakan untuk membandingkan rata-rata 2 kelompok berpasangan. Maksudnya, pengujian dilakukan terhadap sampel yang sama namun pengukurannya berbeda. Misalnya sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu pada sampel. Bisa juga dilakukan tes yang sama pada sampel yang sama dengan alat yang berbeda. 

Untuk memahami hasilnya, terdapat nilai signifikansi yang memiliki arti tertentu terhadap hasil uji. Nilai ini menunjukkan apakah perbedaan dari kedua kondisi sampel yang diuji tersebut memiliki makna atau tidak.

Jika nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka kedua variabel memiliki perbedaan signifikan. Artinya, perbedaan perlakuan terhadap sampel memberi pengaruh yang bermakna. Sementara jika nilainya lebih dari 0.05, berarti tidak ada pengaruh bermakna dari perbedaan tersebut.

Ketentuan

Terdapat setidaknya 4 ketentuan yang harus dipenuhi agar data bisa diuji dengan t test jenis ini. Memastikan bahwa data telah memenuhi ketentuan adalah salah satu cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang kredibel. Berikut keempat ketentuan tersebut.

  • Data harus berdistribusi normal. Untuk itu, perlu dilakukan uji normalitas terlebih dulu.
  • Kelompok data yang akan diuji keduanya harus saling berpasangan atau berhubungan (dependen). Karenanya, sampel yang digunakan haruslah sama.
  • Jenis datanya harus bersifat kategorik dan numerik.
  • Kedua kelompok data memiliki satuan yang sama.

Contoh Kasus dan Langkah-Langkah Pengujiannya pada Aplikasi SPSS

Sebagai contoh, dibuatlah penelitian tentang “Peningkatan Prestasi Belajar dengan Penerapan Metode WAW”. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 siswa. Tujuannya untuk menguji nilai latihan Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah diterapkannya uji tersebut. Untuk melakukan uji dengan SPSS, ikuti langkah-langkah berikut.

  • Pada menu Analyze, klik Compare Means lalu Paired-Samples t test.
  • Setelah jendela Paired-Samples t test terbuka, masukkan variabel yang ingin diuji. Pada kasus ini, sebut saja “Sebelum Penerapan” dan “Sesudah Penerapan”.
  • Klik OK. Jendela output pun akan menampilkan hasilnya.

Terdapat beberapa nilai yang bisa dilihat dari hasil tes ini. Di antaranya adalah nilai rata-rata, standar deviasi, standar error, nilai korelasi, dan nilai signifikansi. Hasil-hasil ini akan menjadi petunjuk untuk melakukan langkah selanjutnya dalam penelitian.

Kesulitan dalam melakukan uji penelitian parametrik? Atau membutuhkan ahli statistik untuk berkonsultasi? Hubungi Patra Statistika untuk mendapatkan pelayanan berkaitan dengan data dan penelitian.

Sebagai konsultan penelitian terkemuka, Patra Statistika bisa membantu menyelesaikan berbagai jenis uji penelitian parametrik. Mulai dari regresi, korelasi, hingga uji t, termasuk dependen t test. Jangan ragu untuk bertanya demi kelancaran penelitian yang sedang berjalan.

Kategori
Jasa Olah Data

Mengenal Analisis Regresi Linier dalam Penelitian

Sebuah penelitian tidak akan lengkap tanpa adanya analisis. Guna analisis dalam suatu penelitian yakni membuktikan kebenaran hipotesis. Analisis sendiri terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah analisis regresi linier.

Apa Itu Analisis Regresi Linier?

Seorang peneliti tentu sudah tidak asing dengan regresi linier sebagai analisis sebuah penelitian. Regresi linier adalah suatu metode statistika untuk mencari tahu hubungan antara variabel terikat atau (y) dengan satu atau lebih variabel bebas (x).

Regresi linier merupakan salah satu model analisis sederhana dengan jenis data interval atau rasio. Melalui analisis ini, peneliti dapat melakukan prediksi berdasarkan data-data yang didapatkan.

Secara umum, regresi linier digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti memiliki korelasi yang signifikan terhadap variabel terikat. Selain itu, analisis ini juga bisa digunakan untuk mengetahui variabel mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Jenis-jenis Regresi Linier

Sebelum melakukan analisis dengan regresi linier , peneliti harus dapat memilih jenis regresi linier mana yang akan digunakan. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk memahami masing-masing jenis regresi linier. Terdapat dua jenis regresi linier yang biasanya digunakan dalam penelitian, yakni:

1. Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana merupakan salah satu jenis regresi linier yang digunakan untuk mencari tahu korelasi antara variabel bebas dan terikat. Pada regresi linier sederhana, terdapat satu variabel bebas dan variabel terikat.

Dengan menggunakan regresi linier, peneliti bisa mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Selain itu, peneliti juga bisa melakukan prediksi besar nilai dari variabel terikat.

Untuk bisa menggunakan analisis ini,  peneliti harus memenuhi beberapa asumsi terlebih dahulu. Asumsi-asumsi yang dimaksud antara lain:

  • Data yang didapat berjenis interval atau rasio
  • Distribusi data normal
  • Jumlah sampel antara variabel bebas dan terikat sama
  • Memiliki hubungan linier

Ketika syarat-syarat atau asumsi untuk melakukan regresi linier telah terpenuhi, peneliti bisa mencari tahu korelasi antara variabel bebas dengan terikat melalui rumus regresi linier yakni:

Y= a + bX

2. Regresi Linier Berganda

Jenis regresi linier lain yang perlu diketahui adalah regresi linier berganda. Sama seperti regresi linier sederhana, regresi linier berganda dilakukan untuk mencari tahu korelasi antara variabel bebas dan terikat. Hanya saja, pada analisis ini, jumlah variabel bebas yang diteliti lebih dari satu.

Apabila peneliti ingin menggunakan analisis ini, ada beberapa asumsi klasik yang mesti terpenuhi, diantaranya:

  • Data berbentuk interval atau rasio
  • Memiliki linearitas
  • Residual bersifat normal
  • Terhindar dari Heteroskedastisitas
  • Non Multikolinearitas

Ketika semua asumsi telah terpenuhi, analisis regresi baru bisa dilakukan dengan menggunakan persamaan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + bnXn

Penghitungan analisis regresi linier tidak melulu dilakukan secara manual. Apabila data yang dikumpulkan terlalu banyak, peneliti bisa menggunakan aplikasi statistik untuk melakukan analisis ini. Dengan begitu, hasil yang didapat bisa lebih cepat dan juga akurat.

Meskipun disebut sebagai analisis yang sederhana, regresi linier memiliki sedikit tingkat kesulitan, terutama bagi peneliti baru, seperti mahasiswa. Untuk mempermudah melakukan analisis, peneliti bisa memanfaatkan kami, jasa pengolahan data. Segera hubungi kami untuk membantu melakukan pengolahan data dan analisis penelitian!

Kategori
Jasa Olah Data

Cara Melakukan Analisis Variansi Dua Arah pada Sebuah Penelitian

Dalam penelitian, terdapat berbagai macam jenis analisis yang bisa digunakan, tergantung pada tujuan penelitian. Apabila peneliti ingin membandingkan rata-rata antara variabel bebas dan variabel terikat, maka analisis variansi adalah jenis uji statistik yang tepat. Jika diketahui variabel bebas lebih dari satu, peneliti bisa menggunakan analisis variansi dua arah.

Kapan ANOVA Dua Arah Digunakan?

Secara garis besar, tujuan peneliti melakukan penelitian dikarenakan ingin mengetahui hubungan antar variabel, pengaruh antara variabel atau ingin membandingkan dua atau lebih variabel. Masing-masing tujuan penelitian memiliki uji statistik yang berbeda.

Analisis variansi atau ANOVA merupakan uji statistik yang digunakan untuk membandingkan rata-rata variabel. ANOVA sendiri terdiri dari dua jenis yakni ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah. Peneliti bisa menggunakan ANOVA dua arah apabila diketahui variabel bebas atau variabel faktor berjumlah lebih dari satu.

Asumsi Atau Syarat Menggunakan ANOVA Dua Arah

ANOVA merupakan salah satu uji parametrik. Oleh karena itu, ada beberapa asumsi yang perlu dipenuhi agar peneliti bisa menggunakan analisis ini. Beberapa asumsi yang dimaksud antara lain:

1. Nilai Residu Berdistribusi Normal

Salah satu hal yang paling penting sebelum melakukan uji ANOVA adalah mengetahui apakah data yang dipakai berdistribusi normal atau tidak. Apabila diketahui nilai residu tidak terdistribusi normal, maka ANOVA dua arah tidak bisa digunakan.

2. Variansi Populasi Sama

Selain nilai residu yang normal, syarat lain untuk melakukan uji ANOVA adalah variansi populasi yang sama atau homogen. Untuk mengetahui apakah variansi homogen, dilakukan uji homogenitas.

3. Sampel Tidak Berhubungan

Agar bisa menggunakan uji ANOVA, sampel yang digunakan tidak boleh memiliki keterikatan. Dengan kata lain, sampel yang dikumpulkan pada setiap kelompok harus bersifat independen.

4. Jenis Data

Uji ANOVA bisa digunakan apabila data pada variabel terikat memiliki skala numerik (rasio atau interval). Sedangkan untuk variabel bebas, data bersifat kategorik (nominal atau ordinal).

Langkah Melakukan ANOVA Dua Arah

Analisis variansi dua arah bisa dilakukan secara manual ataupun melalui aplikasi pengolah data. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan ANOVA dua arah adalah sebagai berikut:

  • Mengumpulkan sampel dan mengelompokannya dalam kategori tertentu. Namun, apabila peneliti menggunakan aplikasi, maka yang perlu dilakukan hanyalah memasukan data ke dalam aplikasi pengolah data.
  • Memastikan bahwa data sampel telah memenuhi asumsi. Yang pertama perlu dilakukan adalah melakukan uji normalitas, lalu uji homogenitas.
  • Apabila peneliti menggunakan cara manual, pada tahap ini yang harus dilakukan adalah variabilitas dari seluruh sampel, kemudian menghitung variansi antar kelompok dan variansi dalam kelompok. Setelah itu, peneliti perlu menghitung F hitung dan F tabel, lalu membandingkan keduanya untuk menarik kesimpulan.
  • Jika peneliti menggunakan aplikasi pengolah data, maka yang perlu dilakukan hanyalah mengoperasikan aplikasi sesuai dengan analisis yang akan dilakukan, yakni ANOVA dua arah.

Analisis variansi dua arah merupakan satu dari sekian banyak jenis analisis statistik yang perlu dikuasai oleh peneliti. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Namun, jika hingga kini peneliti masih belum memahami secara penuh cara melakukan ANOVA atau tidak memiliki waktu untuk melakukan analisis, ada solusi yang tepat untuk peneliti. Segera hubungi kami sebagai penyedia jasa pengolah data.

Kategori
Jasa Olah Data

Cara Melakukan Independen t Test dengan Aplikasi Pengolah Data

Salah satu tujuan dari penelitian adalah untuk membandingkan rerata dua buah kelompok. Untuk mencapai tujuan ini, ada beberapa jenis analisis yang bisa digunakan. Analisis Independen t test merupakan satu di antara beberapa jenis analisis yang dilakukan.

Pengertian

Independen t test termasuk dalam jenis analisis komparatif. Maksudnya, analisis ini dilakukan untuk membandingkan rerata dua kelompok atau menguji perbedaan antara dua kelompok. Pada analisis ini, kelompok yang diuji tidak memiliki keterkaitan sama sekali. Karena itulah analisis ini disebut independen.

Asumsi-asumsi Pengujian

Uji Independen t test termasuk ke dalam uji parametrik. Oleh karena itu, apabila peneliti ingin menggunakan uji ini, maka data sampel yang digunakan harus memenuhi syarat kelayakan. Syarat-syarat agar sampel bisa diuji dengan analisis ini yaitu:

1. Kedua Sampel Tidak Berpasangan

Syarat utama agar bisa melakukan analisis ini adalah dua kelompok sampel yang akan digunakan tidak memiliki keterkaitan. Artinya dua kelompok sampel tadi berasal dari data yang berbeda, misalnya data nilai kelas A dan kelas B. Apabila diketahui kelompok sampel memiliki hubungan, maka uji ini tidak bisa digunakan lagi, gantinya peneliti bisa menggunakan uji paired t test

2. Jumlah Data Kurang Dari 30

Agar bisa melakukan uji ini, data dari masing-masing kelompok sampel tidak memiliki jumlah yang besar. Jumlah maksimal yang bisa ditolerir adalah 30 orang per masing-masing kelompok. Apabila lebih dari jumlah tersebut, sebaiknya peneliti menggunakan uji Z.

3. Data Berskala Numerik

Asumsi lain untuk menggunakan uji ini adalah jenis data yang digunakan harus berskala numerik yakni data interval atau rasio. Apabila data bersifat kategorik, maka analisis ini tidak bisa digunakan.

4. Distribusi Normal

Untuk bisa melakukan uji parametrik, dalam hal ini, data yang digunakan perlu berdistribusi normal. Apabila data tidak normal, maka peneliti perlu melakukan uji non-parametrik sebagai gantinya.

Langkah Melakukan Uji Pengujian dengan Aplikasi

Pelaksanaan uji independen t test bisa dilakukan melalui aplikasi. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak merasa kesulitan dalam melakukan perhitungan. Umumnya, aplikasi pengolah data yang digunakan adalah SPSS. Untuk melakukan uji ini dengan SPSS, berikut langkah yang perlu dilakukan:

  • Memasukan data ke dalam aplikasi
  • Melakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data sampel
  • Melakukan analisis melalui menu Analyze, kemudian compare means dan pilih independen samples t-test.
  • Mengambil kesimpulan. Jika hasil analisis telah diketahui, peneliti bisa mengambil kesimpulan berdasarkan nilai signifikansi.  Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan rerata antara dua kelompok. Namun, jika signifikansi lebih dari 0,05, maka H0 diterima yang artinya tidak ada perbedaan.

Sebagai seorang peneliti atau mahasiswa, uji independen t test merupakan hal yang perlu dipahami dengan baik. Dengan begitu, peneliti tidak akan merasa kesulitan ketika penelitian membutuhkan analisis ini.

Bagi peneliti yang tidak memiliki waktu melakukan analisis atau masih tidak memahami cara mengolah data, ada cara lain yang bisa dilakukan. Peneliti hanya perlu menghubungi kami, sebagai penyedia jasa pengolah data, lalu menerima hasil yang memuaskan.

Kategori
Jasa Olah Data

Tentang Skala Pengukuran Likert: Perhitungan, Kelemahan, dan Kelebihannya

Skala pengukuran likert merupakan salah satu dari skala pengukuran sikap. Sikap dan pendapat responden diukur menggunakan skala ini. Umumnya, skala ini muncul dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden pada penelitian kuantitatif. Ini beberapa hal yang harus diketahui tentang skala ini:

1. Tingkat Persetujuan Skala Pengukuran Likert

Ada 5 tingkatan atau gradasi skala likert dalam kuesioner yang bisa digunakan untuk menyatakan sikap atau pendapat responden. Pernyataan sikap diwakili oleh pilihan setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala ini akan muncul pada pilihan ganda jawaban yang ada di kuesioner.

Untuk menyatakan pendapat, biasanya akan muncul gradasi sangat suka, suka, netral, tidak suka, dan sangat tidak suka. Setiap pertanyaan atau pernyataan yang muncul di dalam kuesioner akan diiringi dengan skala likert ini sebagai pilihan jawaban.

2. Perhitungan Skala Likert

Setiap unit gradasi memiliki skor, dimana semakin besar nilainya semakin baik sikap atau pendapat responden. Umumnya, skor dimulai dari 1 sampai 5. Perhitungan skala likert ini bisa menggunakan rumus indeks dimana perlu dihitung lebih dulu total skor, interval serta interpretasi persennya.

Contohnya, dari 100 responden didapatkan total skor 247 menggunakan rumus total responden dikali pilihan skor likert. Kemudian, menghitung dulu ujung atas dan ujung bawah yaitu :

Ujung atas (Y) ialah skor tertinggi x jumlah responden

Ujung bawah (X) ialah skor terendah x jumlah responden

Setelah itu, hitung intervalnya (I) dengan menggunakan rumus jumlah responden dibagi jumlah skor atau 100/5, hasilnya 20. Setelah itu, barulah dihitung persentase dengan menggunakan rumus indeks yaitu Total Skor dibagi Ujung Atas dikali 100%.

3. Kelebihan Skala Likert

Skala pengukuran likert dianggap yang paling mudah jika dibandingkan dengan skala pengukuran yang lain seperti Thurstone dan Gutman. Penggunaan gradasi sikap dianggap sangat mudah dalam mengukur pendapat dan sikap responden. Reliabilitas skala likert juga dianggap relatif tinggi dan bisa memuat beberapa alternatif respon.

Selain itu, penyusunan skala likert memungkinkan untuk peneliti memasukkan item yang hubungannya dengan sikap yang sedang diteliti belum jelas. Ini tidak bisa dilakukan pada skala pengukuran sikap yang lain seperti misalnya pada skala Thurstone. Terakhir, skala likert memuat keterangan yang lebih gamblang akan sikap responden terhadap isu yang dimuat dalam kuesioner.

4. Kelemahan Skala Likert

Skala likert tidak bisa digunakan untuk apakah satu individu lebih baik daripada individu yang lain. Sebabnya adalah karena skala likert menggunakan ukuran ordinal. Skor yang ada pada skala likert juga tidak bisa memberi gambaran yang jelas tentang respon dari responden.

Kesulitan menghitung data penelitian yang menggunakan skala pengukuran likert? Hubungi saja Patra Statistika untuk berkonsultasi mengenai metode penelitian dan pembuatan kuesioner dengan skala likert.