Sejarah Metode Six Sigma?
Metode Six Sigma sendiri telah dikenal sejak abad ke-19 dan pertama kali diperkenalkan serta dikembangkan oleh Carl Fredrich Gauss, seorang matematikawan dan fisikawan Jerman. Dimana kurva lonceng tersebut menjadi alat awal untuk menemukan kesalahan dan cacat dalam suatu proses.
Analisis Six Sigma kemudian dikembangkan oleh fisikawan lainnya yaitu Walter Shewhart, asal Amerika di tahun 20-an. Hingga kemudian di tahun 80-an, Motorola membawa metode ini untuk menciptakan kualitas produknya agar lebih konsisten.
Apa itu Six Sigma?
Metode Six Sigma merupakan metode yang dapat digunakan untuk analisis tingkat kerusakan sampai produk mendekati zero defect. Adapun prosedur yang digunakan untuk memperbaiki proses dan peningkatan kualitas menuju target Six Sigma yaitu dengan konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Dalam Six Sigma, variasi biasanya dimodelkan dengan distribusi normal kurva lonceng. Seringkali, proses dan produk tidak “berperilaku baik” dan distribusinya biasanya miring. Kemiringan umumnya lebih terlihat ketika variasinya signifikan. Oleh karena itu, perhitungan Six Sigma telah dikritik karena sangat mengandalkan asumsi normalitas.
Komponen kunci keberhasilan implementasi Six Sigma adalah dukungan dari para eksekutif. Metodologi tidak bekerja dengan baik ketika seluruh organisasi tidak setuju.
Sementara Analisis Weibull diciptakan pada tahun 1937 oleh insinyur dan matematikawan Ernst Hjalmar Waloddi Weibull asal Swedia. Ia pun menjadi terkenal di bidang probabilitas dan statistik untuk formulasi distribusi Weibull. Sebuah metode probabilistik yang menentukan rata-rata masa pakai dan tingkat kegagalan dari waktu ke waktu.
Analisis Weibull juga banyak digunakan diberbagai bidang seperti Kimia, Biologi, Fisika, dan Matematika. Dengan metode ini, para ilmuwan dapat menentukan tingkat kejadian kanker paru-paru pada perokok atau besarnya gempa, dan masih banyak lagi.
Prediksi yang dilakukan analisis Weibull, dibuat berdasarkan statistik yang dihasilkan dari data langsung dari kuantitas perwakilan unit produk tertentu. Data kehidupan diukur selama masa pakai suatu produk. Pengukuran ini bisa dalam menit, jam, kilometer, siklus, dan lain sebagainya.
Pendekatan teoritis yang diusulkan untuk menentukan metode analsis Six Sigma distribusi Weibull merupakan hal baru bagi praktisi kualitas Six Sigma, yang biasanya berurusan dengan proses normal atau pendekatan normal untuk proses non-normal.
Prosedur yang dikembangkan di sini sebenarnya digunakan untuk pertama-tama menentukan LSSL dan USSL diikuti dengan diperolehnya LSQL dan USQL. Hal ini pada gilirannya telah membantu menghitung metrik Six Sigma seperti cacat per sejuta peluang (DPMOs) dan bagian-bagian yang sangat baik per sejuta peluang (EGPMOs) di bawah distribusi Weibull dua parameter untuk yang lebih rendah lebih baik (LTB) dan yang lebih tinggi -karakteristik kualitas yang lebih baik (HTB).